ENSIPEDIA GAMES, Salatiga – Developer ternama Rockstar kembali menuai kontroversi. Otak dibalik seri GTA dan Red Dead Redemption ini tertangkap basah menjual game miliknya dalam versi bajakan di platform Steam.
Seorang user di X menemukan sesuatu yang mencolok pada file .exe game Rockstar yakni Midnight Club. Saat membongkar file tersebut, ditemukan line bertuliskan “Razor 1911”. Razor 1911 adalah grup pembajak game terkenal yang meng-crack game dan mendistribusikannya secara gratis.
OH FOR CHRIST'S SAKE https://t.co/y9jLN61VOf pic.twitter.com/vx8yDcz1B3
— Silent (@__silent_) September 3, 2023
Alasan mengapa Rockstar menggunakan file bajakan pada game yang ia jual belum dikonfirmasi secara resmi. Namun berdasarkan pengamatan dari seorang Youtuber bernama Vadin M, game-game lawas milik Rockstar seperti Manhunt, Max Payne dan Midnight Club mengalami masalah lantaran sistem DRM yang mereka pasang pada game tersebut.
Sistem DRM atau Digital Right Management sendiri adalah sistem yang bertujuan untuk mencegah aplikasi untuk dibajak dan disebarluaskan dengan mudah. Namun ternyata sistem DRM milik Rockstar ini malah menyebabkan masalah khususnya pada PC dan sistem operasi modern. Hal ini yang menyebabkan Rockstar menjual gamenya dalam versi bajakan.
Tentunya langkah Rockstar ini memicu amarah dari para gamers. Berbagai gamers merasa kecewa karena mereka menghabiskan uang dan mendapatkan software dalam versi bajakan. Seorang user X bernama @edhazard8 bahkan menjelaskan bahwa aksi Rockstar tersebut merupakan bukti bahwa DRM memberikan dampak buruk bagi industri gaming.
“Ketika versi crack lebih baik dari versi aslinya, DRM berdampak negatif pada game, Rockstar memang benar-benar serakah,” tulis @edhazard8