ENSIPEDIA GAMES, Purworejo – Di masa sekarang, koneksi internet bisa dibilang menjadi hal yang sangat penting. Terlebih setelah adanya pandemi yang mengubah cara kita dalam bekerja, belajar, ataupun berhubungan dengan keluarga maupun teman. Namun, hingga saat ini masih banyak tempat di dunia ataupun di Indonesia sendiri yang masih belum terjangkau dengan internet berkecepatan tinggi setidaknya dengan internet kabel. Hal ini biasanya disebabkan karena masalah biaya ataupun geografi.
Permasalahan inilah yang coba diselesaikan oleh Alphabet, induk perusahaan dari Google dengan Project Taara. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan cara baru untuk menghadirkan konektivitas internet berkecepatan tinggi yang terjangkau ke daerah di mana pemasangan internet kabel terkendala dengan masalah tersebut. Project Taara menggunakan pancaran sinar cahaya laser untuk menghadirkan konektivitas berkecepatan serta berkapasitas tinggi.
Ide awal dari Project Taara atau yang sebelumnya di kenal dengan FSOC Project ini sebenarnya muncul dari eksperimen yang sebelumnya digunakan tim untuk memancarkan laser di antara balon di Project Loon. Project Loon merupakan proyek dari Aphabet untuk mendistribusikan internet dengan menggunakan cell tower yang dibawa dengan balon yang terbang di stratosfer. Diperkenalkan pada tahun 2013, project ini akhirnya ditutup oleh Alphabet pada awal tahun ini karena dianggap tidak lagi layak secara komersial.
Cara Kerja Teknologi Project Taara
Sebenarnya cara kerjanya mirip dengan fiber optik yang kita kenal saat ini, hanya saja tanpa kabel. Inilah mengapa Taara wireless optical communications (WOC) sering disebut “like fiber, without cables”. Taara WOC menggunakan sinar cahaya yang sangat sempit dan tak terlihat untuk mengirimkan data berkecepatan tinggi. Sinar ini dikirim di antara dua terminal Taara untuk membuat sebuah link. Satu link Taara dapat menempuh jarak hingga 20 km dan dapat mengirimkan bandwidth hingga 20 Gbps atau lebih.
Karena Taara WOC hanya menggunakan cahaya, terminal dapat diposisikan di atas tanah, sehingga tidak perlu lagi menggali parit untuk meletakkan kabel seperti yang dilakukan pada fiber optik.
Percobaan Pengaplikasian Teknologi Project Taara
Hingga saat ini, Project Taara telah berhasil mengaplikasikan teknologi wireless optical communications (WOC) ini di India dan Kenya. Terbaru, mereka juga melaporkan telah berhasil menggunakan teknologi ini untuk menghubungkan layanan internet melintasi Sungai Kongo dari Kota Brazzaville di Republik Kongo dan Kinshasa di Republik Demokratik Kongo.
Jarak kedua kota ini sebenarnya hanya 4.8 km, namun karena dipisahkan oleh Sungai Kongo yang terkenal dalam dan berarus tinggi, sehingga kabel fiber optik harus menempuh jarak lebih dari 400 km untuk sampai ke Kinshasa. Hal ini membuat biaya internet di Kinshasa menjadi lima kali lebih mahal. Oleh karena itu, tim dari Project Taara memasang terminal Taara di kedua sisi sungai dan membentuk sebuah link yang menghubungkan internet berkecepatan tinggi di kedua kota tersebut. Dalam 20 hari operasi, link Taara ini telah mentransmisikan hampir 700 TB data dan berhasil menghadirkan internet yang terjangkau bagi 17 juta penduduk di kota tersebut.
Tantangan dan Solusi
Tentunya teknologi Taara WOC ini masih memiliki kekurangan untuk digunakan sebagai pilihan yang layak dalam transmisi jaringan internet. Hal ini disebabkan karena keandalan sinyal masih dapat terganggu oleh kondisi cuaca seperti kabut, hujan bahkan gangguan seperti burung terbang di depan sinyal.
Namun, selama beberapa tahun terakhir tim Project Taara telah berusaha untuk menyelesaikan masalah ini. Mereka telah menyempurnakan atmospheric sensing, mirror controls dan motion detection sehingga terminal Taara dapat secara otomatis menyesuaikan dengan perubahan lingkungan.
Project Taara memang mengembangkan teknologi ini bukan sebagai solusi semua masalah jaringan internet, namun lebih ke solusi yang efisien bagi masalah tertentu seperti kendala pemasangan fiber optik. Mereka juga telah merilis peta peta yang menunjukkan dimana teknologi ini dapat diterapkan. Area dengan warna merah adalah lokasi dengan ketersedian tertinggi yang tentunya paling memungkinkan untuk memakai teknologi ini.
Teknologi ini masih terus dikembangkan, jadi kita tunggu saja perkembangan kedepannya. Ya, semoga saja kita bisa lebih cepat untuk dapat menggunakan teknologi ini.