ENSIPEDIA GAMES, Salatiga – Dalam era digital dan teknologi seperti sekarang ini, industri permainan telah berkembang pesat. Banyak perusahaan game yang berlomba-lomba menciptakan konten-konten menarik dan inovatif guna menarik perhatian pemain. Namun, potensi sukses sebuah game tidak hanya ditentukan oleh kualitas gameplay atau grafisnya, tetapi juga oleh atmosfer komunitas di dalamnya.
Sebuah studi baru yang dilakukan oleh Dr. Rachel Kowert, direktur penelitian organisasi kesehatan mental Take This, telah mengungkap fakta mengkhawatirkan tentang pengaruh komunitas toxic dalam industri video game.
Studi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan mental dalam industri game, terutama dalam hal dampak komunitas toxic terhadap kesuksesan komersial dan finansial suatu game, serta kesehatan mental para penggemar dan pemainnya.
Dr. Kowert menemukan bahwa komunitas game yang toxic tidak hanya buruk bagi kesehatan komunitas dan pemain, tetapi juga buruk untuk pendapatan. Hal ini dikarenakan image sebuah game yang dikenal memiliki komunitas yang toxic kini cenderung dihindari oleh para gamers.
Hasil studi menunjukkan bahwa 60% pemain pernah berhenti bermain dalam sesi atau pertandingan karena mereka menjadi korban kebencian atau pelecehan oleh sesama player.
Maka, 70% pemain mengaku telah menghindari beberapa game tertentu karena alasan tersebut. Bagi para pemain berusia antara 13 dan 25 tahun, studi ini menemukan bahwa mereka menghabiskan 54% lebih banyak uang dalam sebulan untuk game yang dianggap sebagai ‘non-toxic’ dibandingkan dengan game yang dianggap ‘toxic’.
Dr. Kowert menambahkan bahwa game-game ini mendapatkan keuntungan secara finansial dengan menciptakan komunitas yang aman dan positif. Data statistik lainnya juga mengungkapkan bahwa enam dari 10 pemain melaporkan bahwa mereka memilih untuk tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk sebuah game karena komunitas yang sangat buruk.
Yang menariknya lagi, player pria lebih sering melaporkan perubahan dalam pengeluaran akibat komunitas toxic dibandingkan dengan player wanita, meskipun pemain wanita justru lebih sering mengalami pelecehan dalam game.
Beberapa isu yang mendorong pemain untuk menjauhi game tertentu termasuk rasisme, misogini, anti-Semitisme, ancaman kekerasan dan kekerasan seksual, serta ancaman kematian. Studi ini telah memberikan pandangan yang sangat penting tentang bagaimana perilaku dan budaya toxic dalam komunitas game dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan mental pemainnya.