ENSIPEDIA.ID, LAMPUNG – Saat ini, Turnamen Major DOTA 2 sedang berlangsung di Bali dengan penuh kontroversi dan kritik dari Netizen lokal dan Internasional. Gelombang kritik yang tak terbendung ini merambat dengan cepat di media sosial, seperti kolom komentar di postingan Instagram serta Live Chat di YouTube. Sebagai Major pertama yang diadakan di Indonesia, harapannya sangat tinggi, tetapi sayangnya netizen merasa kecewa, terutama terkait dengan harga tiket yang dianggap terlalu mahal dan pemilihan lokasi serta dekorasi venue yang kurang memuaskan.
Setelah berakhirnya babak grup, Playoffs dari Bali Major secara resmi dimulai pada tanggal 7 hingga 9 Juli. Yang menarik perhatian adalah “Main Stage” yang berlokasi di luar ruangan atau lebih dikenal dengan sebutan outdoor. Panggung utama ini menjadi sasaran utama kritik dari netizen, yang menganggapnya mirip dengan suasana acara pernikahan dan kondangan.
Pemilihan lokasi di Ayana State menjadi sorotan yang cukup disayangkan. Banyak yang berpendapat bahwa lokasi ini kemungkinan terlalu mahal untuk disewa, dan sayangnya venue yang dihasilkan terlihat kurang memadai. Selain itu, harga tiket yang ditetapkan juga cukup tinggi. Harga tiket dijual dalam kurs dolar dengan konversi sekitar Rp 5,7 Juta untuk tiket reguler dan mencapai Rp 13 Jutaan untuk tiket premium atau varian tertinggi. Beberapa orang bahkan membandingkannya dengan turnamen esports game mobile yang dianggap lebih baik meskipun memiliki anggaran dan Prize Pool yang lebih kecil.
Bali Major, dengan kehadiran 18 tim DOTA 2 terbaik dari seluruh dunia, menjadi ajang di mana para pemain dengan kemampuan luar biasa bersaing untuk memperebutkan total hadiah sebesar USD 500.000. Selain itu, performa tim juga akan membantu mereka mengumpulkan poin DPC yang penting untuk memenuhi syarat dan lolos ke TI.
Babak Playoff akan berlangsung dari tanggal 7 hingga 9 Juli 2023 di AYANA Estate. Tempat ini diakui sebagai resor terintegrasi terbesar di Bali, yang menawarkan berbagai fasilitas canggih yang terkenal di seluruh dunia.
