ENSIPEDIA.ID, PEKANBARU – Artur Sychov dari perusahaan yang bergerak di bidang Virtual Reality– Somnium Space– menyebut bahwa perkembangan ChatGPT yang terbilang bergerak cepat akan dapat membuat proyek-proyek yang ambisius sekaligus tak masuk akal dalam beberapa tahun lagi.
Dikabarkan Vice dari Motherboard, Sabtu (4/2) telah menemukan seorang pengguna yang bisa mengintegrasikan chatbot OpenAI ke dalam Metaverse. Hal ini membuat proyek ‘Live Forever’ dari Sychov menjadi sangat mungkin.
Proyek ‘Live Forever’ sendiri merupakan sebuah proyek di mana dengan teknologi dapat memungkinkan kita bisa berbicara lagi dengan orang yang sudah tiada. Caranya dengan menyimpan karakteristik seseorang ke dalam data. Baik itu dari gayanya berbicara, bergerak dan bersuara.
Data tersebut dimasukkan ke dunia Metaverse yang mana kita tau, merupakan dunia yang sepenuhnya baru buatan manusia di mana segalanya bisa dirasakan secara virtual. Nantinya orang yang telah tiada tersebut akan hadir dalam bentuk avatar online di dunia virtual reality.
Latar belakang dari ide proyek ini adalah ketika ayah Sychov meninggal dunia. Ia memperkirakan proyeknya akan terealisasi dalam lima tahun. Dan dengan semua kemajuan teknologi ini hal itu bukanlah tidak mungkin untuk terwujud. Sehingga proyek ‘Live Forever’ ini bisa kita bilang akan menjadi salah satu proyek gila yang akan menjadi kenyataan.
“AI berkembang sangat cepat. Sejujurnya, ini berkembang lebih cepat dari yang kami perkirakan,” sebut Sychov.
Tak seperti proyek metaverse lain, Somnium Space sudah kompatibel secara penuh dengan headset virtual reality yang memungkinkan pengguna akan mendapatkan pengalaman 3D yang menakjubkan.
Perlu diketahui bahwa bukan Sychov yang mengaplikasikan API ChatGPT ke dunia Somnium. Melainkan salah satu pengguna yang tadi disebutkan yang bernama, Artific. Ia bekerja di bidang ilmu data namun sudah lama skeptis pada kecerdasan buatan atau AI. Walau begitu ia tetap kagum dengan kemampuan AI dalam berkomunikasi melalui bot ChatGPT. Ia juga sudah membangun beragam dunia di Somnium Space lalu menyewakannya pada orang-orang.
Momen ketika Artific dibuat kagum oleh AI adalah ketika ia bertanya langsung kepada ChatGPT bagaimana caranya agar bisa mengintegrasikan ChatGPT ke Somnium Space. Lalu robot itu membeberkan sebuah rencana yang masih kasar namun bisa dicerna dengan baik oleh Artific.
“Itu mengejutkan bagi saya. Tentu saja, masih banyak kemajuan yang harus dilakukan oleh AI. Tapi dengan sudah berfungsi seperti itu, bagi saya sesuatu yang mengejutkan,” katanya.
Tugas selanjutnya adalah bagaimana caranya menyimpan semua hasil rekaman data yang memadai yang dibutuhkan supaya robot AI virtual dapat berkomunikasi dengan kecepatan yang alami layaknya manusia, di sisi lain sambil menyaring data.
Sychov menyebut implementasi kecerdasan buatan dinilai lebih mudah dilakukan di metaverse ketimbang di dunia nyata. Hal ini dikarenakan banyak data yang tersedia untuk diserap oleh robot.
“Itu lebih baik dibandingkan dengan dunia nyata, di mana lebih sulit bagi kecerdasan buatan untuk menafsirkan banyak gambar dan pengalaman yang membentuk kehidupan,” kata Sychov.