ENSIPEDIA GAMES, Salatiga – Persaingan antara dua franchise game First-Person Shooter terbesar yakni Call of Duty milik Activision-Blizzard dan Battlefield milik EA kini bisa dibilang memang cukup panas dalam satu dekade terakhir. Dan kini api peperangan kembali dikobarkan oleh pihak ketiga yakni Sony.
Tim pengacara dari Sony mengatakan bahwa franchise Battlefield milik EA kini tak mampu bersaing dengan seri Call of Duty. Hal ini berdasarkan kualitas game Battlefield yang menurun drastis belakangan ini dan penjualan yang buruk dibandingkan penjualan milik Call of Duty.
“Electronic Arts telah mencoba selama bertahun-tahun untuk menghasilkan saingan Call of Duty dengan seri Battlefield-nya,”
“Terlepas dari kesamaan antara Call of Duty dan Battlefield dan terlepas dari rekam jejak EA dalam mengembangkan franchise AAA sukses lainnya (seperti FIFA, Mass Effect, Need for Speed, dan Star Wars: Battlefront), franchise Battlefield tidak dapat mengikuti. Mulai Agustus 2021, lebih dari 400 juta game Call of Duty telah terjual, sedangkan Battlefield hanya terjual 88,7 juta kopi” ujar tim pengacara dari Sony.
Alasan mengapa Sony memberikan pernyataan tersebut adalah kini Sony tengah berusaha mencegah pesaing terbesarnya, Microsoft untuk mengakusisi Activision-Blizzard yang merupakan publisher Call of Duty. Sony khawatir apabila Activision-Blizzard sukses diakusisi Microsoft, seri game Call of Duty akan menjadi game eksklusif Xbox dan Windows.
Maka dari itu Sony mengatakan apabila serial Call of Duty yang sebelumnya tak pernah menjadi dirilis hanya di platform tertentu kemudian menjadi game eksklusif, maka berpotensi menjadi monopoli industri game.
Pada awal tahun 2022 kemarin, Microsoft mengumumkan niatnya untuk mengakuisisi Activision-Blizzard seharga $68,7 miliar sekitar tahun 2023. Jika benar-benar terjadi maka hal tersebut menjadi akusisi perusahaan game terbesar sepanjang masa.