ENSIPEDIA GAMES, Salatiga – Keamanan database milik Pemerintah Indonesia semakin terancam. Setelah kemarin berbagai data pribadi bocor dari website Indonesia, kini giliran Bank Indonesia yang menjadi sasaran kejahatan siber.
Perusahaan teknologi ternama DarkTracer mengungkapkan bahwa kini database Bank Indonesia tengah diserang Ransomware bernama Conti. Lewat cuitannya, DarkTracer memperlihatkan bahwa kini Ransomware Conti telah berhasil mengunggah berbagai data dari Bank Indonesia sebesar 44 gigabyte.
Conti ransomware gang continues to upload Bank of Indonesia's internal data. The first leak was 487MB of data but now it reaches 44GB. Compromised internal PCs were estimated at 16 initially, and now go up to 175. https://t.co/ENDek6yns2 pic.twitter.com/HC0jQvdqNj
— DarkTracer : DarkWeb Criminal Intelligence (@darktracer_int) January 21, 2022
Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Anto Setiawan membenarkan adanya serangan siber yang berpotensi membocorkan data penting Bank Indonesia. Pihak BSSN mengindikasikan Bank Indonesia cabang Bengkulu yang menjadi target Ransomware Conti.
“Tim BSSN dan BI melakukan verifikasi terhadap konten dari data yang tersimpan. Data yang tersimpan diindikasikan merupakan data milik Bank Indonesia cabang Bengkulu,” ujar Anto.
Meskipun tengah diserang, Anto menjamin tidak ada data kritikal yang berhasil dicuri. Anton memastikan bahwa data yang terserang hanya merupakan berkas pekerjaan personal kantor Bank Indonesia cabang Bengkulu.
Hal senada juga diutarakan Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono. Menurut Erwin Bank Indonesia tidak menemukan data strategis yang diretas oleh Ransomware Conti. Selain itu pihak keamanan Bank Indonesia juga mengupayakan untuk menghentikan serangan siber tersebut secepat mungkin sehingga tidak menyebar ke database Bank Indonesia pusat.
“Bank Indonesia menyadari adanya upaya peretasan berupa ransomware pada bulan lalu. Tidak ada data yang diretas,”
“Bank Indonesia senantiasa berupaya meningkatkan ketahanan sistem informasi untuk mencegah serangan siber dalam bentuk apapun, termasuk serangan peretasan yang dapat menganggu pelaksanaan tugas Bank Indonesia,” tutur Erwin.